Rabu, 23 Januari 2013

Perancangan Produk (Termos Dua Fungsi)


Produk yang direncanakan adalah produk sejenis Termos. Termos sendiri merupakan bentukan tempat air yang mampu mempertahankan temperatur, jadi ketika termos diisi dengan air panas maka termos mampu mempertahankannya pada temperatur tersebut, begitu pula sebaliknya bila dilakukan pada air dingin.
Pengembangan dari konsep produk ini didasari atas produk termos yang sudah ada sebelumnya yang memiliki beberapa kelemahan-kelemahan yang selayaknya mampu ditangani. Sebagai contoh termos yang pada awalnya dipakai untuk menampung air panas seterusnya harus digunakan untuk menampung air panas sebab jika tidak maka fungsi termos untuk mempertahankan temperatur air akan cepat hilang, demikian juga sebaliknya termos yang digunakan untuk menampung air dingin seterusnya digunakan untuk menampung air dingin seban jika tidak maka produk akan mengalami kerusakan. Maka dari itu kami merencanakan produk termos yang didalamnya terbagi dua ruang yakni untuk dingin dan untuk panas.
 
Jenis Produk Yang dikembangkan

Produk yang dikembangkan adalah produk termos yang kami rancang dan beri nama “Hot & Cool Termos”. Termos yang kami rancang ini didesign dengan adanya dua ruang dalam satu termos yang bisa digunakan sebagai tempat air panas dan tempat air dingin.
Rancangan termos yang ada pada umumnya yang memiliki fungsi utama sebagai tempat air yang mampu mempertahankan temperatur panas atau dingin kemudian kami kembangkan fungsinya menjadi termos yang mampu mempertahankan temperatur panas dan dingin dalam satu wadah yakni hot & cool termos ini. Dibawah ini diperlihatkan design model dari termos rancangan kami.

Senin, 07 Januari 2013

Pengendalian Persedian - MRP (Pengenalan)

Pengertian
Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode Material Requierment Planning (MRP).
Beberapa defenisi MRP sebagai berikut : 
Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994). 
Material Requirement Planning (MRP) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang didisain untuk memesan dan menjadwalkan permintaan (raw material, komponen dan sub assemblies) dengan cara yang terkoordinasi.(Oden,et al., 1998)
Material Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Produksi Induk (JPI) yang sama halnya dengan demand / permintaan per komponen (John A. White, et al., 1987).

Tahapan-Tahapan dalam MRP :
1. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih)
Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). 
2.  Lotting (Penentuan ukuran pemesanan)
Lotting adalah menentukan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Prose slotting erat hubungannya dengan penentuan jumlah komponen atau item yang harus dipesan/disediakan.
Ukuran lot berarti jumlah item yang harus dipesan/dibuat, dikaitkan dengan besarnya ongkos-ongkos persediaan, seperti ongkos pengadaan barang (ongkos set up), ongkos simpan, biaya modal, serta harga barang itu sendiri. Dengan memperthatikan ongkos-ongkos tersebut nmaka ukuran lot ideal agar ongkos total persediaan minimal.
3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang)
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan lead time. Lead time artinya
waktu dari saat pesanan ditempatkan sampai bagian tersebut siap untuk digunakan.
4. Exploding (Perhitungan selanjutnya untuk level di bawahnya)
Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting. Dalam proses eksplosing ini data struktur produk dan bill of material memegang peran penting karena menentukan arah eksplosion item komponen.

....Bersambung
D_252

 

Minggu, 06 Januari 2013

PENGENDALIAN PERSEDIAAN (Pengenalan)

Defenisi

Menurut Groebner dalam Introduction to Management Science [1992] persediaan merupakan komponen material atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk digunakan atau dijual.
Sedangkan menurut Riggs [1976] persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses [work in process], barang jadi bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Bentuk Persediaan

Dalam system manufaktur, persediaan terdiri dari bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Bahan mentah [raw materials], yaitu barang-barang berwujud yang merupakan input awal dari proses transformasi menjadi produk jadi.
2. Komponen yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi
3. Barang setengah jadi (work in process), merupakan barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi atau barang setengah jadi bisa disebut barang yang berbentuk peralihan antara bahan baku dengan produk setengah jadi.
4. Barang jadi (finished good), merupakan hasil akhir proses transformasi yang siap dipasarkan kepada konsumen.
5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.

Biaya-Biaya Dalam Persediaan

1. Biaya Pembelian [Purchasing Cost = c]
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.
2. Biaya Pemesanan [Ordering Cost = A]
Semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok [supplier], pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.
3. Biaya Penyimpanan [Holding Cost/ Carrying Cost = i]
Semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang.

....bersambung